Lahan kritis merupakan salah satu masalah lingkungan yang serius di Indonesia. Kondisi lahan yang mengalami degradasi ini tidak hanya menurunkan produktivitas tanah, tetapi juga mengancam keberlanjutan ekosistem dan kesejahteraan masyarakat yang bergantung pada sumber daya alam tersebut.
Oleh karena itu, rehabilitasi lahan kritis menjadi upaya penting yang terus digalakkan oleh pemerintah dan berbagai pihak terkait untuk memulihkan fungsi lahan agar kembali produktif dan berperan sebagai penyangga kehidupan.
Daftar Isi
Apa Itu Rehabilitasi Lahan Kritis?
Rehabilitasi lahan kritis didefinisikan sebagai serangkaian upaya untuk memulihkan, mempertahankan, dan meningkatkan fungsi lahan yang telah mengalami kerusakan atau degradasi akibat penggunaan yang tidak sesuai dengan kemampuan alaminya.
Lahan kritis biasanya ditandai dengan kondisi fisik tanah yang rusak, seperti erosi parah, berkurangnya kandungan unsur hara, permukaan tanah yang gersang, serta menurunnya kemampuan tanah dalam mengatur tata air dan mendukung kehidupan tanaman.
Tujuan utama rehabilitasi adalah mengembalikan fungsi ekologis dan produktivitas lahan sehingga dapat berkontribusi pada ketahanan pangan, konservasi sumber daya alam, dan pengendalian bencana lingkungan seperti banjir dan longsor.
Proses ini melibatkan berbagai teknik konservasi tanah dan air, penghijauan, serta penerapan metode yang sesuai dengan kondisi lokal.
Metode dan Teknik Rehabilitasi Lahan Kritis

Berbagai metode telah diterapkan dalam rehabilitasi lahan kritis di Indonesia, antara lain:
1. Reboisasi dan Penghijauan
Penanaman kembali pohon dan vegetasi yang sesuai dengan kondisi lahan untuk memperbaiki struktur tanah dan meningkatkan keanekaragaman hayati.
Pemilihan jenis tanaman yang tepat sangat penting, seperti tanaman dengan akar tunjang kuat, tahan kekeringan, dan tidak terlalu membutuhkan unsur hara tinggi.
2. Teknik Konservasi Tanah dan Air
Penerapan terasering, pembuatan bendungan kecil, dan teknik vegetatif lainnya untuk mengurangi erosi dan memperbaiki tata air di lahan kritis.
3. Pengembangan Agroforestri dan Tumpang Sari
Teknik ini mengombinasikan tanaman keras dan tanaman palawija dengan tujuan meningkatkan produktivitas sekaligus menjaga keberlanjutan lahan.
4. Partisipasi Masyarakat
Keterlibatan aktif masyarakat lokal dalam proses rehabilitasi sangat krusial. Program seperti “REALISTIS” di Desa Cileles menunjukkan bagaimana pelibatan masyarakat dalam pembersihan lahan, penyuluhan, dan monitoring dapat meningkatkan keberhasilan rehabilitasi.
Implementasi Rehabilitasi Lahan Kritis di Indonesia

Indonesia telah melakukan berbagai program rehabilitasi lahan kritis secara nasional, terutama di daerah-daerah yang memiliki tingkat degradasi tinggi.
Pemerintah menargetkan rehabilitasi tidak hanya di kawasan hutan, tetapi juga di luar kawasan hutan yang mengalami kerusakan lahan.
Sejak tahun 2010, upaya rehabilitasi dilakukan secara masif dengan fokus pada Daerah Aliran Sungai (DAS) prioritas dan lahan kritis di berbagai provinsi.
Luas lahan yang telah direhabilitasi mencapai jutaan hektar, meskipun masih jauh dari total luas lahan kritis yang ada.
Pendekatan yang digunakan menggabungkan teknik konservasi fisik dan biologis, serta mendorong kolaborasi antara pemerintah, swasta, akademisi, dan masyarakat.
Contoh nyata keberhasilan rehabilitasi dapat ditemukan di Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah, di mana lahan kritis bekas pertambangan berhasil direhabilitasi dengan metode bioremediasi dan biofertilisasi, serta pemberdayaan kelompok tani lokal.
Selain itu, program-program seperti reboisasi hutan lindung dan konservasi mangrove juga turut memperbaiki fungsi ekologis lahan kritis di pesisir dan daerah aliran sungai.
Tantangan dan Peluang

Meskipun banyak kemajuan, rehabilitasi lahan kritis menghadapi sejumlah tantangan, seperti keterbatasan anggaran, perubahan iklim, dan kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pelestarian lahan.
Selain itu, pemilihan metode yang kurang tepat dan minimnya koordinasi antar pemangku kepentingan dapat menghambat efektivitas program.
Namun, peluang besar terbuka dengan semakin meningkatnya dukungan kebijakan, inovasi teknologi, dan partisipasi masyarakat.
Pendekatan berbasis komunitas dan penggunaan teknologi penginderaan jauh untuk monitoring rehabilitasi menjadi langkah strategis dalam memastikan keberlanjutan program.
Kesimpulan
Rehabilitasi lahan kritis adalah langkah penting untuk mengembalikan fungsi ekologis dan produktivitas lahan yang rusak agar dapat mendukung kehidupan manusia dan kelestarian lingkungan.
Di Indonesia, berbagai metode dan program telah diterapkan dengan melibatkan pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta. Keberhasilan rehabilitasi tidak hanya bergantung pada teknik yang digunakan, tetapi juga pada kolaborasi dan komitmen semua pihak.
Dengan terus meningkatkan inovasi, pendanaan, dan partisipasi publik, rehabilitasi lahan kritis di Indonesia dapat menjadi contoh keberhasilan pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan.
Informasi lebih lengkap dan terkini mengenai program rehabilitasi lahan kritis dapat diakses melalui portal resmi seperti dlhi.co.id.
Referensi:
https://jdih.menlhk.go.id/new2/uploads/files/2022pmlhk010_menlhk_08022022151842.pdf
https://www.scribd.com/document/372633673/Konsepsi-rehabilitasi-lahan-kritis-pdf
https://jdih.maritim.go.id/rehabilitasi-hutan-dan-lahan-untuk-meningkatkan-kembali-fungsi-hutan-dan-lahan
https://jurnal.unpad.ac.id/kumawula/article/view/25723
